20090927

orang kaya

pada hari apa ya beberapa hari setelah lebaran.saya beli sepatu baru, tempat minum baru, belanja.tidak hey, tidak lebih dari seratus ribu, hari ini. ya mungkin ditambah yang kemarin-kemarin lebih lah. tapi tidak sampai pada angka setengah juta pun. ah jauh.
pada saat pulang ke rumah kakak perempuanku bilang,
ade! kamu dari kemarin beli-beli aja. habis berapa? kita ini bukan ORANG KAYA.


hahaha iyaaa aku tau teh.
ngga usah dipertegas deh.
:D

lalu terbesit lah tentang tahun depan saya akan kuliah.
heup. merinding disko. bisa tidak ya?
bisa tidak ya otak dan kemampuan ini?
bisa tidak ya finansialnya?
bisa ya bisa tidak. Allah Maha segalanya. Maha Tahu, maha tempe. eh astagfirulohalazim. :B

lalu terbesit pula tentang kata ORANG KAYA yang tadi tehney sebutin.
apakah menjadi orang kaya itu bisa bahagia?
apakah kebahagiaan berbanding lurus dengan kekayaan?
saya yang sejak zaman krisis(baca:1998) menjadi orang yang pas-pasan, berpikir dengan segala keterbatasannya.

untuk kakak laki-laki saya mungkin jelas iya jawabannya.
fokusnya sehari-hari ialah pada motor yang lebih bagus dari hari ke hari, pada sepeda yang seharga mobil, pada mobil yang seharga rumah, pada rumah yang seharga langit, pada gaya hidup serbanyaman, pada gadget yang tak pernah ada ujungnya, pada teman-temannya yang biaya pemeliharaan anjingnya lebih mahal daripada menghidupi seorang saya.
terkadang mendengarnya saja saya lelah. lelah karena hanya mendengar. bukan merasakan.
untuk sebagian orang lain juga mungkin jawabannya iya.
untuk saya? saya akan bilang iya juga.

sekarang pertanyaannya adalah, yang seperti apa orang bisa disebut orang kaya?
disini mungkin letak perbedaannya. tentang arti kaya-miskin seseorang.
beruntung saya ada dilingkungan yang heterogen mengenai status sosial. suatu saat bisa sangat merasa beruntunglah saya, punya kasur, bisa tidur berbaring, sekolah, berinteraksi dengan teknologi meski tidak terlalu canggih, memiliki kebebasan sebagai seorang remaja, berorganisasi, pergi main. tapi pada saat yang lainnya bisa juga saya merasa ada dibawah. tidak memiliki supir kesana-kesini, tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan sekunder apalagi tersier, harus memikirkan tentang uang, tentang bertahan agar tetap makan, tentang kesedihan melihat permasalahan finansial yang selalu berputar-putar seperti lingkaran setan, tentang sekedar keinginan untuk membeli sebuah buku saja, hey sebuah buku.
tapi kalau sejenak saya berhenti. bukan itu, bukan. bukan menumbuhkan rasa alergi pada kenyamanan, bukan menjauhkan diri dari yang berbau penghiburan, bukan memaksakan merasa cukup dalam segala kekurangan. bukan itu caranya untuk bisa merasa bahagia. itu saya lakukan dan hasilnya adalah kemunafikan. kebohongan belaka.
apakah anda bisa bilang tidak apa-apa saat sakit gigi menyerang?
bisa. tapi apakah itu berpengaruh pada sakitnya? sakit tetaplah sakit. tetap akan terasa. tetap ingin sembuh.
begitu juga ketika saya bilang tidak suka memiliki kenyamanan karena itu hanyalah kemewahan belaka. apa yang bisa saya bilang saat saya mencicipinya? masih tidak suka. tapi dalam lubuk hati ada sesuatu yang terpuaskan. masih bisa bilang tidak suka karena belum biasa.
itulah kesalahan fatal yang telah saya lakukan selama ini. menutupi kebenaran. kebenaran bahwa manusia memiliki nafsu. sungguh saya ini pun juga manusia.
NAFSU. KAYA. BAHAGIA.
tiga kata macam apa itu?
manusia memiliki nafsu untuk menjadi kaya karena ingin bahagia. bukan bukan.
kaya memiliki bahagia dan manusia memiliki nafsu. eh bukan..
nafsu untuk bahagia adalah kekayaan.
ya, itu, ITU yang kini saya jalani dalam kehidupan
menyedihkan sekali seorang manusia yang tidak memiliki nafsu untuk bahagia.
menyedihkan juga orang yang memiliki nafsu untuk bahagia, tapi di dunia saja.
jadi? oh saya suka kenyamanan. saya ingin berkecukupan, saya butuh juga hiburan. kenyamanan macam apa? yang memberikan saya kebahagiaan di akhirat nanti.
berkecukupan apa? mapan hati.
hiburan apa? hiburan untuk tertawa di surga nanti.
jangan lupa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sekitarnya.
hahaha
nikmatnya punya akal.

eh.
tehneeey, hey kita ini ORANG KAYA!


*tetep aja jadinya konotasi yaa. haha

2 comments:

Heidy Kaeni said...

alhamdulillah..subhanallah.

U're still very young, but u've been able to say something like that ("We are rich!!") despite your financial condition.

Benar, paling enak dan paling baik itu menjadi orang kaya. Bagi kk, orang kaya itu berarti orang yang kaya akan sifat-sifat Allah yang ada pada dirinya (yg sudah ada sejak ia dalam usia 4 bulan dlm kandungan ibunya) karena sepanjang hidupnya ia terus berusaha menumbuh-kembangkan, mengembangbiakkan semua sifat-sifat itu : pengasih, penyayang, sabar, bersyukur, dermawan, dsb dsb.

Itulah pengertian kk ttg orang kaya sejati. Orang kaya itu tidak akan peduli dengan pengertian 'kaya' yang lain, misalnya yang dikaitkan dengan keuangan. Orang kaya itu tidak pernah merasa kekurangan, bahkan selalu merasa berlebih dan wajib berbagi dengan yang lainnya. Orang kaya itu pasti dermawan, lebih senang memberi daripada menerima. Orang kaya itu akan tetap memikirkan kebutuhan orang dan berusaha membantu sebisanya tanpa mennunjukkan kesusahannya sendiri. Orang kaya itu akan selalu bahagia di dunia, pun di akhirat kelak.

Semoga kita semua bisa jauh dari miskin dan menjadi orang kaya yang seperti itu. Amiin.

Tita Adelia said...

amiin.