tanyakan pada orang-orang diluar sana yang senang membuat nada menjadi harmoni.
apakabar dunia tanpa cinta?
mereka akan menjawab dengan nada tinggi. 'tidak! tidak mungkin. harmoniku ada karena nada-nada yang menyatu saling mencintai. aku ada untuk harmoni. dunia tanpa cinta adalah dunia tanpa aku.'
tanyakan pada orang-orang diluar sana yang senang merangkai kata menjadi elegi.
apakabar dunia tanpa cinta?
mereka akan menjawab pelan. 'elegiku ada karena ketiadaan cinta dari cinta yang pernah ada. tanpa keberadaan, ketiadaan tak ada artinya. apa yang bisa kami rangkai dari sesuatu yang tak punya arti?'
tanyakan pada orang-orang diluar sana yang senang mempekerjakan pita suaranya untuk mendendangkan seuntai melodi.
apakabar dunia tanpa cinta?
mereka akan menjawab sambil bersenandung. 'bumi telah merelakan telinganya untuk mendengar untaian melodi yang kuramu dari lorong didalam leherku. bukankah itu karena kecintaannya pada sesuatu yang indah? jika tidak. kami tidak sanggup hidup dengan bumi yang menutup telinga.'
tanyakan pada orang-orang dirumah yang membuatmu bisa berpikir bahwa semua deretan huruf ini memiliki makna.
apakabar dunia tanpa cinta?
mereka akan menjawab sembari tersenyum. 'buat apa bertanya seperti itu? berjalanlah kedepan cermin lalu pandang dirimu. itulah kamu, produk cinta.'
tanyakan padaku, yang senang melihat orang yang senang membuat nada menjadi harmoni, yang senang melihat hasil rangkaian kata elegi, yang senang mendengarkan orang yang senang mempekerjakan pita suaranya, yang tak punya lagi orang dirumah untuk ditanyakan pertanyaan tadi.
apakabar cinta tanpa dunia?
cinta akan baik-baik saja.
dunia hanyalah formasi terindahnya.
meski tanpa ada dunia, cinta akan baik-baik saja.
No comments:
Post a Comment