aku bermimpi, ditanyakan oleh seekor kuda poni.
"tita, masihkah kamu bisa bersedih?"
dalam mimpi, aku tidak menjawab apa-apa.
seekor kuda poni lalu duduk disebelahku. kutahu dia punya empat kaki, tapi dalam mimpi, posisi duduk yang seperti manusia itu rasanya wajar-wajar saja.
"tita, aku sedih."
dalam mimpi, seketika aku bertanya kenapa, apa yang telah terjadi.
dalam hati, ku bertanya sebenarnya siapa kuda poni ini.
memakai pita merah muda.
bulunya putih bersih harus dan berkilau-kilau jika terkena sinar matahari.
dalam mimpi, aku dan dia sedang di kebun yang hijau dengan seperangkat meja kursi taplak kotak-kotak merah serta keranjang makanan.
hanya aku dan kuda poni.
"aku sedih, bukan. aku iri padamu."
seekor kuda poni iri padaku? iri pada apa? aku?
"ya."
mengapa?
kuda poni lalu menuangkan secangkir teh, meminumnya beberapa teguk, sedikit berdehem, baru kemudian berbicara lagi.
"kau yang tebak."
sebenarnya bukan sekali ini. bukan sekali ini ada mahluk yang berkata iri padaku. bukan sekali ini aku bertanya mengapa pada mereka. bukan sekali ini aku disuruh menebak mengapa. tapi ini keterlaluan hingga menyelusup ke dalam mimpi. harusnya dalam mimpiku, aku sudah tidak layak lagi untuk ada yang iri. di dalam mimpi, apa saja bisa terjadi. harusnya.
kini giliranku yang menuangkan teh pada cangkirku, meminumnya beberapa teguk, sedikit berdehem, baru kemudian menjawab
apakah karena menurutmu, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan?
"ya. apa rahasianya?"
rahasia apa?
"apa rahasianya sehingga kamu selalu mendapat apa yang kamu inginkan, tita?"
tidak ada rahasia. yang ada adalah, sebenarnya aku tidak pernah menginginkan apa-apa.
"apa?"
cukup. kataku.
kalau kau hanya ingin bertanya tentang ini, lebih baik kamu pergi saja. ini mimpi milikku. tolong.
No comments:
Post a Comment