Pernahkah kamu, bahkan saat makan bubur ayam dipinggir jalan bersama kakak laki-lakimu, otakmu tidak berhenti menulis.
Dari mulai tanganmu meninggalkan keyboard komputer, otakmu tetap disana.
Saat memakai jaket untuk siap-siap berangkat, serta duduk di kursi boncengan motor, tanganmu di saku jaket, tapi otakmu sedang menulis.
Saat bubur suapan pertama, otakmu telah sampai dilembar ketujuh.
Merasa agak hambar lalu menanmbahkan sambal kedalam bubur, otakmu telah sampai dilembar kesepuluh.
Meski tanganmu melakukan aktivitas biasa, otakmu tidak.
Sampai pada pertanyaan, “kamu kenapa sih de?”
Mulutmu menganut desentralisasi, sehingga dia langsung ambil keputusan sendiri.
“pusing, dikit”
Padahal ketidaksinkronan antara yang otakmu lakukan dengan yang tubuhmu perlihatkan pada dunia, kadarnya lebih parah dari pusing. Bohongnya makin kuadrat karena ditambah embel-embel ‘dikit’.
Sampai dirumah, tanpa melepas jaket, kamu menyalakan laptop. Karena kamu sudah tidak tahan lagi. Sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan isi otakmu yang kebanjiran tinta. Tinta-tinta nakal yang tidak bisa kamu kendalikan. Yang keberadaannya seringkali malah tidak ada saat kamu rindukan.
Pernahkah?
No comments:
Post a Comment