selamat malam. malam yang keberapa ini?
malam keberapa ini dari pertama aku merapatkan plester pada lubang-lubang di hati?
malam keberapa? rasanya tak selesai selesai.
yang satu kututup selalu muncul lubang yang baru.
malam keberapa ini?
malam keberapa ini dari pertama aku menyadari, untuk menyudahi sakit karena lubang dihati ini bukan di plester caranya tapi diisi?
malam keberapa? rasanya aku terlalu keras kepala.
aku memang keras kepala.
selamat pagi. pagi yang keberapa ini?
pagi keberapa dari pertama aku bangun dengan rasa pening yang dalam?
pagi keberapa? aku tidur atau tidak tidur rasanya sama.
rasanya sama, tak ada yang peduli.
pagi keberapa ini?
pagi keberapa dari pertama aku bangun dengan awan mendung di atas kasur?
pagi keberapa? jika awan mendung itu turun hujan, aku akan benar-benar jatuh.
aku berada di pinggir jurang batinku.
selamat siang. siang yang keberapa ini?
siang keberapa dari pertama aku keperihan melihat wajah-wajah oranglain yang senang berlumur sayang?
siang keberapa? harusnya mungkin aku ikut senang.
oh bukan. harusnya aku saja yang berlumur sayang.
siang keberapa ini?
siang keberapa dari pertama aku melihat dia dalam diri setiap orang yang kutemui?
siang keberapa? aku jadi tak punya tempat untuk maju.
mungkin baiknya aku tidak bertemu siapa-siapa dulu.
selamat sore. sore yang keberapa ini?
sore keberapa dari pertama aku tak punya orang untuk membagi hati?
sore keberapa? tidak salah kalau ada yang bilang aku ini rindu setengah mati.
rindu pada sore yang tidak sendiri.
sore keberapa ini?
sore keberapa dari pertama aku merasa ingin ikut bersama matahari yang perlahan-lahan tenggelam?
sore keberapa? aku ingin ikut tenggelam dengannya untuk terbit di tempat yang baru.
ah tapi tak apa juga kalau terus disini. hanya saja mungkin aku perlahan-lahan mati.
ah. jika terus malam mencairkan es dikedua mataku, pagi menyadarkan diriku pada pening yang dalam, siang mengguratkanku senyum pedih, dan sore hanya berisi rinduku yang hambar,
kapan aku bisa berharap lagi?
2 comments:
sediih
(Y)
Post a Comment