20091129

bocah sekolah

ini bukan kali pertama ku duduki bangku kayu ini. sudah 7 jam kiranya aku disini. nanti malam 7 jamku bisa hasil berapa banyak tulisan dan suara nyanyian. 7 jam disini aku beku. 7 jam disini hanya ada satu rasa dari sekian rasa yang ada. aku bosan. luarbiasa bosan.
mahkluk yang berbelas-belas tahun lebih tua dariku itu berdiri di depan sejak tadi. ia terus berbicara. ia tak pernah mendengarkanku. ia tak terima ide-ide mudaku. aku khawatir dia sebenarnya tidak pintar. itu terasa. amat terasa. kupikir berani-beraninya dia terus berbicara seperti itu. kertasku telah habis dengan coretan-coretan. otakku mati beku.
aku merasa amat merugi. untuk duduk ditempatku ini orangtuaku menghabiskan berapa liter keringat berapa jumlah uang. tidak sedikit. tempatku itu ruang kotak yang mejanya banyak. kursinya banyak. ada gambar presiden. ada gambar wakil presiden. ada garudanya.
helaan nafasku mungkin sanggup menyedot seluruh isi kota. sudah ku bilang aku bosan. luarbiasa bosan.
badanku pergal-pegal. harus terus duduk disini. rebahan sedikit dikiranya melawan.
bukan cuma badanku. batinku juga pegal-pegal. aku tak habis pikir kenapa aku harus bisa integral. sedang tanganku lebih luwes melukis. kenapa temanku harus bisa fisika. sudah dia tak minat dia tak bisa pula. katanya padaku dia sebenarnya ingin jadi wartawan.
semuanya dibuat seragam semuanya dibuat kabur. ini baju yang kupakai warnanya putih. bawahannya abu. mereka menamai ini seragam. benar saja. dari ujung rambut hingga ujung kaki kita ini sama. lucu sekali kalau disejajarkan. sama. sama-sama bosan. sama-sama pegal-pegal. katanya supaya tidak ada kesenjangan. goblok. nyatanya dengan memakai seragam ini kesenjangan di negeri tidak lantas musnah toh. orang kaya yang kaya sekali masih banyak begitu pula yang miskin. jadi kenapa sejak kecil hingga remaja harus disama-samai. mau membiasakan diri dengan homogenitas ceritanya. jelas-jelas negeri ini heterogen.
tapi katanya aku harus bersyukur. banyak yang tidak bisa menikmati bangku sekolah.
tapi haruskah aku ikut membohongi batinku. haruskan aku mematikan otakku.
kalau memang harus, baiklah. demi bapak dan ibu yang berharap banyak. aku akan mengkeraskan hatiku supaya pantatku tetap dikursi. supaya mulutku tetap bungkam tak cari masalah. aku adalah bocah sekolah.

No comments: