20091129

ini bukan hari minggu

minggu pagi mataku lebam-lebam. bukan habis bertengkar. cuma habis menangis. bukan karena tak ada yang apel. bukan karena hampir mati bosan. karena sebentar lagi senin.
minggu siang aku gemetaran. oh tidak, tidak dingin tidak hujan mendung pun tidak. cuma sedikit ketakutan. besok hari senin.
minggu malam aku mulai demam. kata kakak tidur saja. aku setubuh. benar tidur saja, tidak mau bertemu malamnya senin.
senin pagi aku harus bangun. tidak harus pun aku bangun sendiri. tuhan berkonspirasi dengan senin. pagiku berat seperti senin senin sebelumnya, nafasku harus kuatur dulu sebelum perutku kenyang karena udaranya salah masuk saluran pencernaan, kedipku harus kurapikan daripada mataku tiba-tiba merah karena lupa kapan terakhir kali mengedip. setelah ritual itu berjalan baru aku bisa berdiri dari tempat tidur, kadang ritual diulang dua atau tiga kali karena nafasku tersumbat bulu hidung atau kedipku ternyata terlalu sering. tak lupa telingaku disiapkan untuk mendengar, kalau tidak bunyi air panas yang mendidih itu tak kumatikan apinya sampai rumah habis terbakar.
aku benci senin karena aku benci realitas.
apa tadi aku bilang benci? bukan, aku takut. aku tahu aku pengecut.
akhirnya tiba juga malam. aku tidak ingin cepat pulang. nanti bau seninnya makin terasa.
setelah cukup malam baru aku pulang. tidur. aku tidak ingin terjaga bersama senin.
selasa aku bangun. ototku bilang ini hari selasa, otakku bilang ya sudah relaksasi lah. nafasku teratur dengan sendirinya, kedipku seperti kedip kedip orang normal lainnya. ini adalah hari bahagia. ini adalah bukan hariku lahir bukan hariku membunuhnya. ini adalah hari yang biasa.
rabu kamis jumat adalah hariku menjadi manusia. ini biasa meski terselip dalam benak pertanyaan tentang, inikah bahagia?
diriku tidak bilang ya tidak bilang tidak. ah dia menutup celah buat kecewa.
hari sabtu meski senang jantungku berdetak lebih cepat saat-saat tertentu. saat ingat habis sabtu adalah minggu habis minggu adalah senin.
sabtu malam aku masih tak merasa haram untuk terjaga. meski harus berselang-seling dengan tangis.
mingguku ini seperti minggu minggu sebelumnya. tapi minggu ini hujan dan dingin jadi aku merasa sedikit normal saat gemetaran siang-siang.
helaan nafasku begitu panjang hingga belum juga sempat membuang nafas aku sudah tertidur. begitulah efek pra-senin.
paginya aku bangun tapi merasa agak bukan senin. nafasku biasa.
benar saja kata kakak ini hari minggu. sebegitukah efek senin sampai aku lupa hari? aku tertawa. hari ini hujan lagi.
paginya aku bangun lagi. dan merasa bukan senin lagi. ah kedipku biasa saja. aku lihat kalender di ponsel dan memang ini hari minggu. ya ampun memang kuat sekali itu efek senin. sampai aku dua kali salah! lalu aku tertawa meski menyembul sedikit rasa heran. hari ini terik.

paginya aku masih bangun. firasatku bilang ini bukan senin, lagi.
benar. banyak orang lari pagi dengan santai dan tak tercium sedikit pun bau senin. aku senang tapi aku heran.
kali ini aku hafalkan tanggalan dan bulan serta tahun. besok harus sudah berganti. besok senin, meski.

aku dibangunkan untuk berenang bersama keluarga. senin macam apa ini?
ini bukan senin lagi!
cepat-cepat ambil tanggalan. kemarin tanggal 13 sekarang tanggal 14. benar. tapi harusnya kemarin sabtu sekarang minggu. apa-apaan ini? ah iya mungkin saja memang aku yang salah.

jendela terang, suara tukang roti. hari apa ini?
keponakanku membangunkanku untuk mengajak jalan-jalan. hari apa ini?
sahabatku pagi-pagi menelpon mengajakku keluar makan siang. hari apa ini?
kakak masih tidur semua masih tidur. pagi apa ini?

semua jawabnya minggu.
tidak mungkin!
besok akan kuperingatkan semuanya. kita harus bekerja, kita harus sekolah, kita harus beraktivitas. aku mulai khawatir.
aku bangun. ini minggu lagi. aku beritahu semua keluargaku. mereka tertawa.
aku beritahu teman-temanku. mereka tak kalah tertawa juga.
aku beritahu kakakku. malah ditanya sedang kenapa.
aku beritahu tukang becak. dia tak menggubris.
aku beritahu tukang nasi kuning. dia bilang mau pesan berapa bungkus
aku beritahu alam. mereka selalu diam, tapi yang diam benar-benar. buat apa. lalu aku berteriak-teriak sambil menunjukkan bukti. ibuku bilang apa-apaan.

hidupku sekarang adanya untuk meluruskan. INI BUKAN HARI MINGGU.
sepertinya aku lupa apa kabar efek senin itu

No comments: