20091107

justru saat itu

ditanganku masih belum buku pelajaran. hanya secarik kertas dan pulpen atau sebuah buku, novel.
diotakku belum nilai-nilai rapot atau passing grade kuliah. hanya lintasan ide-ide dalam lajur cepat.
malamku aku bangun juga tengah malam. bukan dengan soal-soal latihan. hanya dengan huruf-huruf yang coba kurangkai.
pagiku aku jelas mengantuk.
dalam tidurku dimeja kelas, mimpiku bukan tentang senangnya mengerjakan soal dengan baik. hanya tentang leganya menyelesaikan bait terakhir huruf yang pernah coba dirangkai.
mataku bukannya melihat betapa banyak saingan di depan mata. hanya melihat betapa bertebarannya itu inspirasi yang bisa dimasukkan saku baju.

aku menderita.
bisikan-bisikan untuk fokus itu ada dimana-mana. sayang, katanya.
sayang kok bikin menderita.
katanya hidup butuh pengorbanan. katanya aku harus menjadi sukses.
tahu apa mereka tentang pengorbanan?
tahu apa mereka tentang aku?

memang ada juga kepinginan jadi seorang akademisi. kelihatannya sibuk, banyak menulis, banyak berpikir, banyak membaca. menyenangkan?
iya, kelihatannya. daripada lulus lantas luntang lantung?
aku ini kan cepat bosan.

beruntunglah mereka, aku masih ada kepingin. jadi adalah semenit untuk belajar apa yang dimaui mereka, dimaui institusi kependidikan.
tapi bukan yang menyerahkan seluruh hidup pada apa yang dimaui itu. kasihan pada yang amat kepingin. nanti aku mengambil jatahnya. adil itu kan dibikin sama sendiri juga.

ah tapi ada satu hal utama yang menjadikanku amat menderita.
yaitu aku sayang mereka.
meski aku ini egois tapi apa dayaku pada yang namanya sayang. jadi lantas tangan itu akan kuganti jadi memegang buku pelajaran. dan malamku dengan soal latihan. tapi maaf tidak untuk lintasan ide-ide, mimpi dalam tidur, dan pandangan mataku. eh, sudah bilang kan aku ini egois?

ah
mereka juga yang bakal sedih. saat nanti mereka memberi selamat dan tertawa-tawa karena dimata mereka aku sukses, padahal saat itulah aku perlahan mati.

3 comments:

Heidy Kaeni said...
This comment has been removed by the author.
Heidy Kaeni said...

Tiap orang paling tahu tentang pengorbanan dalam hidupnya dan dirinya sendiri masing-masing. Tentang hidupmu, hanya Tuhan dan kamu yang tahu. Tapi begitu juga dengan hidup orang lain.

Tita itu cerdas. Kk percaya Tita bisa lihat dan pahami lebih jauh maksud dari "sukses' dalam hidupmu sendiri. Jangan terjebak dengan pengertian "sukses" yang mungkin sering Tita dengar. Lagipula mungkin juga orang lain tidak banyak berbagi lebih mendalam tentang pengertian sukses itu sendiri. Lagipula sukses itu relatif, berbeda-beda bagi tiap orang. Buka mata, tapi yang lebih penting lagi : buka hati.

Kita mungkin bisa menipu orang dengan berpura-pura sukes dan bahagia (dengan menuruti pengertian sukses yang sempit itu tadi) tapi memangnya Tuhan bisa ditipu? Dan karena Tuhan itu tidak tidur, suatu saat nanti semua orang yang atas nama mereka kita menyakiti diri sendiri itu juga akan tahu.

Dan saat mereka tahu apa yang kita lakukan terhadap diri kita 'demi mereka', itu sama sekali bukan ekspresi kasih sayang.

Tita Adelia said...

ya, got it.